Minggu, 18 September 2011

Pemerkosaan Tidak karena Rok Mini

Meningkatnya kasus pemerkosaan dan maraknya pelecehan seksual di kendaraan umum semestinya tidak dikaitkan dengan pakaian, dalam hal ini rok mini.

Komisioner Komnas Perempuan, Neng Dara Affiah, memberikan pernyataan tegas merespons pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, yang melarang perempuan mengenakan rok mini di kendaraan umum, agar tak terjadi pemerkosaan dan pelecehan seksual.

"Sebagai pejabat publik, dalam hal ini seorang gubernur, pernyataan Fauzi Bowo tidak memiliki sensitivitas terhadap masalah perempuan. Seharusnya, pemerintah dan negara memberikan jaminan keamanan transportasi publik. Bukan menempatkan perempuan pada pihak yang salah atau dipersalahkan. Pernyataan yang tak sensitif ini menempatkan perempuan sebagai obyek juga korban. Perempuan seolah-olah berada di pihak yang salah atas pemerkosaan atau pelecehan seksual yang dialaminya di kendaraan umum," jelas Neng Dara saat dihubungi Kompas Female, Jumat (16/9/2011) lalu.

Neng Dara menegaskan, pakaian tak dapat menjadi ukuran untuk seseorang dilecehkan atau tidak. Pakaian, lanjutnya, tidak menjadi faktor yang turut berkontribusi terhadap terjadinya pemerkosaan di tempat umum.

"Orang yang berpakaian tertutup tak lantas bebas dari pelecehan seksual dan pemerkosaan di tempat umum. Di Bali, orang merasa aman dan nyaman meski 'telanjang' di depan umum. Di Arab, meski perempuan memakai pakaian tertutup dengan Abaya, pemerkosaan di tempat umum tetap terjadi," jelasnya.

Menurut Neng Dara, pernyataan Fauzi Bowo yang melarang perempuan memakai rok mini di tempat umum tidak pantas disampaikan seorang pejabat publik. Apalagi pernyataan tersebut disampaikan terbuka pada masyarakat plural. Penduduk kota megapolitan yang heterogen.

"Orang terbiasa memakai blazer dan rok pendek, apalagi di kota besar yang heterogen seperti Jakarta. Melarang menggunakan rok pendek menyelewengkan kebiasaan yang sudah menjadi kelaziman. Setiap orang berhak memakai pakaian selama dalam batas kesopanan. Rok mini bukan menjadi alasan atas terjadinya pemerkosaan. Karena tindak kejahatan terjadi bukan karena rok mini, tetapi karena iklim dan mindset," terangnya.

Kalau ada orang yang tergoda dengan rok mini, alihkan saja pandangan bukan justru memelototinya. Juga jangan menempatkan perempuan selalu pada pihak yang dipersalahkan atas pilihannya berpakaian.

"Perempuan yang mengalami pelecehan jangan dipersalahkan karena pakaian mereka. Mindset masyarakat juga harus diubah. Terutama basis paradigma masyarakat yang masih memandang perempuan sebagai obyek yang pantas dilecehkan, bukan perempuan yang harus dihormati," lanjutnya.

Neng Dara mengaku khawatir, jika pejabat publik mengeluarkan pernyataan yang tidak hati-hati seperti ini, ada pihak-pihak yang membenarkan dan bahkan menjadi rujukan.

"Pernyataan yang tidak sensitif ini bisa saja dikutip atau bahkan dibenarkan. Padahal yang terpenting adalah bagaimana pejabat publik dan pemerintah membenahi masalah yang sebenarnya. Membenahi masalah transportasi dan memastikan jaminan keamanan kepada pengguna sarana transportasi publik, baik perempuan mau pun laki-laki," tutur Neng Dara, menambahkan masalah jaminan keamanan dan perlindungan di sarana transportasi tak lagi bisa dipandang sebelah mata.

Di sisi lain, perempuan yang kerap menjadi korban pelecehan di kendaraan umum, dan pemerkosaan juga perlu mengubah cara pandangnya. Perempuan korban jangan hanya menerima dan tak perlu takut untuk melaporkan dan memproses secara hukum kekerasan seksual dan ketidakadilan yang dialaminya.

"Celakanya, perempuan cenderung tak mempersoalkan jika mengalami kekerasan seksual, dan menerimanya sebagai kelumrahan. Sementara di negara maju, mereka yang sudah memiliki kesadaran hukum tinggi, tak sungkan membawa persoalan ke jalur hukum. Mindset perempuan dan laki-laki perlu diubah," tutur Neng Dara.

Data Komnas Perempuan pada 2010 menyebutkan, kasus kekerasan seksual terhadap perempuan, dalam bentuk pelecehan seksual dan pemerkosaan di tempat umum lebih tinggi dibandingkan kasus KDRT.

Adalah tugas negara dan pejabat pusat juga daerah untuk memberikan perlindungan di tempat umum, termasuk sarana transportasi. Selain juga mengubah cara pandang yang menempatkan perempuan sebagai obyek. Bukan justru sibuk mengatur cara perempuan berpakaian.

Surat Cinta Dari Ibunda

Kepada anakku yg tengah menuntut ilmu . . .

Nak, sore ini ibu kembali teringat padamu

Ibu sangat rindu,
Ibu ingin memelukmu seperti saat kau kecil dulu . . .

Adakah kau ingat nak?
Tiap kali hatimu gundah, kau akan menangis di pangkuan ibu . . .
Lalu ibu akan membelai rambutmu dan lalu mghapus airmtamu . .

Ingin rasanya ibu menanggung semua kesedihan dan kesusahan mu . .
Hingga hanya tersisa senyum yg tampak di wajahmu . .
Bahkan ibu sangt gundah karna tak bisa berada di sampingmu Menemanimu menuntut ilmu . .

Kemana kau akan mengadu saat uang blnjamu habis . . ?
Kepada siapa kau akan berkeluh kesah saat tugas kuliahmu menumpuk . . ?
kepada siapa kau akan bermanja saat kau sakit . .?

Hanya pd allah ibu menitipkanmu nak . .
Karna itu pesan ibu . .

Dekati tuhanmu . .!
Perbanyak ibadahmu . . !
Dan giatlah belajar . .!

Mengapa ibu tahan rindu ini dalam bingkai pengharapan . .?
Bahwa suatu hari nanti ibu yakin kau akan pulang dengan membawa kebahagiaan . .

Nak, keberhasilan itu adalah kau punya bekal ilmu yang cukup untuk meraih kebahagiaan hidup, Dunia dan akhirat . .

Saat kau pulang nanti nak,
Ibu kan memelukmu dan menciummu . .
Sembari membisikkan di telingamu . .

"Anakku sayang, jadilah anak yg sholehah, yang akan mendoakan ibu dan ayah di alam kubur nanti".

I LOVE U MOM . . .(T_T)

Setuju dengan 10 Pernyataan Berikut? Mungkin Kamu Psikopat

Bukan perkara mudah untuk mengidentifikasi seseorang adalah psikopat atau bukan, karena butuh pemeriksaan mendalam oleh psikolog. Namun jika dari 10 pernyataan berikut banyak yang sesuai, maka ada kecenderungan untuk menjadi psikopat.

Psikopat adalah julukan untuk orang-orang yang mengidap psikopati, yakni gangguan kepribadian yang dicirikan dengan tidak adanya perasaan bersalah sedikitpun ketika melanggar sebuah norma maupun aturan. Psikopat juga identik dengan perilaku kejam dan tidak kenal takut.

Seorang psikopat memang tidak selalu melakukan kekerasan seperti yang digambarkan dalam film-film pembunuhan berantai. Kadang-kadang hingga taraf tertentu, perilaku sederhana seperti suka mencontek juga bisa dikategorikan sebagai gangguan perilaku psikopati.

Gangguan kepribadian ini kadang sulit diidentifikasi, karena kebanyakan psikopat tampak normal atau bahkan sangat ramah dalam kehidupan sehari-harinya. Namun di balik itu semua, seorang psikopat tidak punya empati atau kepekaan nurani terhadap lingkungan sekitarnya.

Salah satu contohnya adalah Seung-Hui Cho, mahasiswa Virginia Tech yang membantai 32 teman sekampusnya dengan pistol sebelum akhirnya mati bunuh diri pada tahun 2007. Beberapa orang terdekat mengakui, dalam kesehariannya Cho adalah seorang anak pendiam dan sangat pemalu.

Menurut penelitian, 1 dari 100 orang sebenarnya memiliki kecenderungan psikopati dengan tingkatan yang bervariasi. Dikutip dari TheSun, Sabtu (4/6/2011), 10 pernyataan berikut dapat dipakai sekedar untuk memperkirakan seberapa besar kecenderungan seseorang untuk menjadi psikopat.

Lingkari skor yang paling sesuai di setiap pernyataan: 3 jika sangat setuju, 2 jika setuju, 1 jika tidak setuju dan 0 jika sangat tidak setuju. Jumlahkan seluruh skor, lalu cocokkan dengan keterangan di bawah.



  1. Saya jarang membuat perencanaan. Saya lebih suka segalanya serba spontan dan mendadak. 0 1 2 3
  2. Menyelingkuhi pasangan boleh-boleh saja asal tidak ketahuan. 0 1 2 3
  3. Jika mendadak ada hal yang lebih baik maka tidak ada salahnya untuk membatalkan kesepakatan terdahulu. 0 1 2 3
  4. Melihat hewan terluka atau kesakitan tidak membuat saya merasa terusik sedikitpun. 0 1 2 3
  5. Berkendara dengan kecepatan tinggi, naik roller coaster serta terjun payung sangat menarik bagi saya. 0 1 2 3
  6. Tidak masalah untuk melangkahi seseorang demi mendapatkan apa yang saya inginkan. 0 1 2 3
  7. Saya pintar membujuk dan memiliki kemampuan khusus agar orang mau melakukan kemauan saya. 0 1 2 3
  8. Saya cocok melakukan tugas berbahaya karena mampu membuat keputusan dengan sangat cepat. 0 1 2 3
  9. Bagi saya sangat mudah untuk bertahan dalam sebuah situasi, ketika orang lain mulai merasa sangat tertekan. 0 1 2 3
  10. Jika saya bisa melawan seseorang, berarti orang itu memang pantas menerimanya. 0 1 2 3

Kecenderungan psikopat berdasarkan total skor:

0-10: Rendah
11-15: Di bawah rata-rata
16-20: Rata-rata
21-25: Tinggi
26-30: Sangat tinggi

**kuncinya jujur**

Minggu, 11 September 2011

Sindrom Munchausen : Cari Simpati dengan Pura-pura Sakit

Sindrom ini adalah gangguan mental yang serius di mana seseorang memiliki kebutuhan mendalam atas perhatian orang lain dengan cara berpura-pura sakit atau terluka dengan disengaja. Penderita sindrom ini bisa membuat-buat gejala sakit, ingin melakukan operasi, atau mencoba mencurangi hasil tes laboratorium untuk meraih simpati.

Sindrom Munchausen mempunyai sejumlah kondisi gangguan buatan, baik dibuat-buat ataupun ditimbulkan sendiri. Gangguan buatan dapat berupa psikologis atau fisik.

Sindrom Munchausen merupakan gangguan yang misterius dan sulit untuk diobati. Bantuan medis penting untuk mencegah cedera serius hingga kematian yang mungkin disebabkan oleh tindakan membahayakan diri sendiri.

Gejala

Gejala sindrom Munchausen berkutat pada berpura-pura memiliki penyakit atau cedera untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya. Orang dengan sindrom Munchausen berusaha keras agar penipuannya tak terbongkar, sehingga mungkin sulit untuk melihat bahwa sebetulnya gejala mereka merupakan bagian dari gangguan mental yang serius.

Orang dengan gangguan ini bukan bertujuan mendapat manfaat praktis dari kondisi medisnya seperti keluar dari pekerjaan atau memenangkan gugatan. Sindrom ini juga tidak sama dengan keadaan murung.

Orang dengan dengan gangguan seperti depresi atau bipolar benar-benar percaya bahwa mereka sakit, sedangkan orang-orang dengan sindrom Munchausen tidak sakit, tetapi mereka ingin menjadi sakit.

Gejala sindrom Munchausen antara lain:
1. Mendramatisir cerita tentang masalah kesehatannya
2. Sering rawat inap
3. Gejala penyakitnya tidak konsisten atau samar-samar
4. Kondisi kesehatan memburuk tanpa alasan yang jelas
5. Bersemangat menjalani uji kesehatan atau operasi yang berisiko
6. Memiliki pengetahuan terminologi medis dan penyakit yang luas
7. Mencari pengobatan dari banyak dokter atau rumah sakit yang berbeda
8. Memiliki beberapa pengunjung saat dirawat di rumah sakit
9. Enggan jika para profesional kesehatan berbicara dengan keluarga atau teman
10. Berdebat dengan staf rumah sakit
11. Sering meminta obat penghilang rasa sakit atau obat lain

Karena orang-orang dengan sindrom Munchausen ahli dalam berpura-pura memiliki gejala penyakit atau menimbulkan luka nyata pada diri mereka sendiri, terkadang sulit bagi para profesional medis dan orang yang bersimpati untuk mengetahui apakah penyakit yang nyata atau tidak.

Orang dengan sindrom Munchausen membuat gejala atau menyebabkan penyakit dengan beberapa cara, yaitu:
1. Membuat riwayat kesehatan palsu, seperti: mengklaim telah menderita kanker atau HIV kepada orang yang dicintai, penyedia layanan kesehatan atau bahkan kelompok-kelompok internet

2. Memalsukan gejala penyakit, seperti: sakit perut, kejang atau pingsan.

3. Membahayakan diri sendiri. Mereka mungkin melukai atau membuat diri mereka sakit, seperti: menyuntikkan diri dengan bakteri, bensin, susu, atau kotoran. Dapat juga dengan cara meminum obat untuk meniru penyakit, seperti: pengencer darah, obat kemoterapi dan obat diabetes.

4. Mencegah penyembuhan.

5. Merusakkan. Memanipulasi instrumen medis, seperti: memanaskan termometer. Bisa juga mengutak-atik tes laboratorium, seperti: mencemari sampel urin mereka dengan darah atau zat lainnya.

Penyebab

Penyebab sindrom Munchausen tidak diketahui. Orang dengan gangguan ini mungkin pernah mengalami penyakit parah ketika mereka masih muda atau mungkin pernah dilecehkan secara emosional atau fisik.

Perawatan dan obat-obatan

Pengobatan sindrom Munchausen sulit sebab tidak ada terapi standar untuk kondisi tersebut. Karena orang dengan sindrom Munchausen ingin berperan sakit, maka mereka tidak bersedia untuk mencari pengobatan. Namun jika didekati dengan cara yang halus, dibujuk dengan niat ingin menyelamatkan mukanya, orang dengan sindrom Munchausen mungkin setuju untuk dirawat oleh penyedia kesehatan mental.

Meskipun tidak ada pengobatan standar untuk sindrom Munchausen, pengobatan sering berfokus pada pengelolaan kondisi daripada mencoba untuk menyembuhkannya. Pengobatan umumnya termasuk psikoterapi dan konseling perilaku.

Jika memungkinkan, terapi keluarga juga mungkin disarankan. Obat dapat digunakan untuk mengobati gangguan mental lainnya seperti depresi atau kecemasan. Dalam kasus yang parah, rawat inap psikiatri sementara mungkin diperlukan.

Doggie